Setelah
belasan tahun lamanya mengedarkannya di beberapa rumah sakit swasta, pembuat
vaksin palsu akhirnya dibekuk polisi. Khalayak ramai lazim ribut. Tidak
ketinggalan pula Teuku Bahdar Johan, plt Kepala BPOM yang menyatakan vaksin
palsu beredar karena masyarakat ingin harga murah.
Bukanlah
hal yang baru jika pernyataan yang dibangun menggunakan logika hukum sebab –
akibat yang absurd. Masyarakat dianggap sebagai penyebab yang mengakibatkan
tindakan pidana kriminal.
http://news.okezone.com/read/2016/06/28/337/1427537/bpom-vaksin-palsu-beredar-karena-masyarakat-ingin-harga-murah
Kalau pemerintah
cukuplah menyebut “Kecolongan….”
Sementara pasangan
suami istri RA dan HT, yang ditangkap polisi dengan sejumlah barang bukti dan
menjadi tersangka pembuat vaksin palsu, mendapatkan citra positif. Santun,
agamais dan hidup bergelimang harta.
Ketua Avian Influenza Research Center (AIRC) Universitas Airlangga
(Unair) Surabaya, Chairul Anwar Nidom sampai berkata peredaran vaksin
palsu ini bukanlah kriminal biasa, namun bisa dikategorikan tindakan
bioterorisme.
“Efek yang ditimbulkan dari bioterorisme ini bisa
bertahun-tahun..." kata Nidom
Bioterorisme merupakan langkah dan strategi yang “menguntungkan” bagi
kalangan teroris. Selain karena sasaran yang terkena hampir dipastikan akan
menemui kematian, nuansa teror yang ditimbulkannya pun tidak kalah dengan teror
dengan menggunakan bom biasa. Lebih dari itu serangan dengan bioterorisme tidak
membahayakan bagi kalangan teroris itu sendiri.
Rakyat di beberapa negara di Afrika, misalnya, selalu dijadikan
“kelinci percobaan” untuk pengujian hasil penemuan obat-obatan yang baru
diproduksi oleh negara-negara Barat. Menurut salah satu ahli, Wang Xiang Jun,
bisa jadi bahwa pengurangan populasi atau penduduk dengan jalan wabah penyakit
dan perang adalah strategi equilibrium population.
Amerika Serikat sendiri juga tidak luput dari
serangan bioterorisme. Setidaknya pada tahun 1984, Kota Oregon diserang oleh
kelompok radikal dengan menggunakan zat racun makanan salmonella untuk
mencemari bar-bar salada dalam usaha untuk mempengaruhi pemilihan umum
setempat. Kelompok teroris ini memilih zat untuk melumpuhkan bukan untuk
mematikan, sehingga serangan mereka berhasil membuat sakit sebanyak 751 orang,
tetapi tidak ada yang mati.
Kemudian dalam tahun 1994 dan 1995, empat pria
Minnesota semuanya merupakan anggota kelompok ekstrim antipemerintah bernama
Minnesota Patriot Council adalah orang-orang pertama yang dihukum karena
memiliki sebuah zat biologis yang digunakan untuk senjata menurut UU Anti
Terorisme Senjata-Senjata Biologis tahun 1989. Meski rencana Minnesota Patriot
Council itu tidak pernah dilaksanakan, kelompok itu sangat dipengaruhi oleh
ideologi ekstrimis sayap kanan Christian Identity, mirip dengan ideologi yang
mendorong pengeboman Oklahoma City oleh mantan anggota tentara Angkatan Darat
Amerika Serikat, Timmothy Mc Veigh
Tidak menutup kemungkinan aksi bioterorisme telah menyusup masuk parlemen. Targetnya pemusnahan massal generasi muda dengan "bom pembunuh" bernama oplosan. Agar oplosan tidak terkontrol peredarannya, maka kelompok ini diduga mempengaruhi parlemen membuat regulasi pelarangan minuman beralkohol yang justru menjadikan oplosan menjadi mesin efektif pembunuh nyawa.
http://www.beritasatu.com/megapolitan/343354-wagub-dki-ruu-larangan-minol-picu-peredaran-minuman-oplosan.html
http://bali.bisnis.com/read/20160204/16/57186/larangan-minol-tak-efektif-picu-maraknya-oplosan
http://www.beritasatu.com/megapolitan/343354-wagub-dki-ruu-larangan-minol-picu-peredaran-minuman-oplosan.html
http://bali.bisnis.com/read/20160204/16/57186/larangan-minol-tak-efektif-picu-maraknya-oplosan
Minuman beralkohol berbeda dengan oplosan.
http://kabarkota.com/produsen-minuman-beralkohol-bukan-oplosan/
Semua orang “dihukum” tidak boleh lagi minum bir, korban
oplosan dianggap bodoh dan bersalah sehingga hukumannya kematian sementara yang
lain tidak boleh lagi mengkonsumsi minuman beralkohol sama sekali.
Padahal
semakin dilarang, semakin banyak penyalahgunaan obat, seperti dextro untuk
oplosan.
Dextro dapat
didapatkan di apotik dengan harga terjangkau. Dextro merupakan obat
psikostimultan untuk meningkatkan nafsu makan dan menjaga stamina tubuh dari
kelelahan. Selain Dextroamphetamine digunakan untuk pengobatan ADHD dan
narkolepsi, juga bisa digunakan untuk obesitas eksogen dan obat anti depresi.
Dextro
tidaklah dijual di warung yang menjual bir. Akan tetapi bir dianggap “bersalah”
dan dilarang dijual demi moralitas generasi muda. Padahal persoalan moralitas
yang dihadapi generasi muda saat ini ialah budaya korupsi.
Ada
benernya jika Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menghimbau agar orang tua
memberikan vaksin ulang pada anaknya pasca terungkapnya vaksin palsu. Semoga
saja kelak dengan vaksin yang bagus, anak-anak penerus bangsa menjadi generasi
sehat. Sehat jasmani, analogi dan logikanya untuk menangkal setiap bahaya yang ada.