Sosiolog asal Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto
berpendapat bahwa minuman beralkohol tidak lepas dari budaya. Tidak hanya di
Indonesia, bagi masyarakat China, arak (jiu) juga tak terpisahkan dari budaya
Tionghoa. Selain menjadi hidangan saat pesta dan perjamuan, arak digunakan
sebagai bumbu masakan juga obat-obatan seperti obat rematik, pelancar darah dan
penyakit lainnya. Namun arak kini berubah image setelah banyaknya korban jiwa akibat penyalahgunaan arak menjadi oplosan.
Arak sendiri dikenal sejak
zaman dinasti Xia. Menurut legenda, Yi Di yang permaisuri Raja Yu, penguasa
pertama dinasti Xia yg terkenal arif dan bijaksana menemukan minuman beralkohol
yang dibuatnya dari biji-bijiaan yg diragikan.
Ketika penemuan baru itu
disajikan pada suaminya, raja Yu sama sekali tidak gembira. Dengan serius dia
justru melarang istrinya untuk menyebarluaskan penemuannya itu. Alasannya
karena minuman baru ini dianggap terlalu manis dan memabukkan. Pepatah kuno
mengatakan ”Yi Di menghidangkan arak yang sangat manis, maka raja Yu
mengasingkannya dari istana.” Makna
pepatah ini adalah: agar seorang
penguasa menjauhi para penjilat yang bermulut manis.
Yi Di pun menuruti perintah
Raja dan tidak pernah mempublikasikan penemuannya, sehingga dikemudian hari Du
Kang juga dikenal sebagai penemu arak.
Du Kang ialah seorang
penggembala miskin. Ada yang bilang, Du Kang hidup di jamannya Huang Di, pada dinasti Zhou,
jaman Samkok dan dinasti Jin. Versi
lain, Du Kang merupakan Shao Kang, salah satu raja dinasti Xia yang dipercaya
juga menemukan arak.
Setiap hari, saat
menggembalakan ternaknya, Du Kang selalu membungkus bekal nasinya dalam tabung bambu
dan menyimpannya dalam lubang pohon. Suatu
hari Du Kang lupa membawa pulang bekal nasinya yang disimpan dalam pohon. Saat
itu, hujan turun berhari-hari yang membuatnya mengurungkan niatnya keluar rumah. Ketika hujan
reda, Du Kang pergi kelubang pohon untuk mengambil makananaya. Namun ia
mendapatkan seonggok nasi yang sudah basi dan meragi.
Dari proses peragian alami
itulah akhirnya Du Kang mencoba membuat arak dan membuka toko arak. Sejak itu
mantan gembala miskin inipun menjadi orang kaya baru didesanya. Du Kang pun
dikenal sebagai dewa pelindung pedagang arak.
Arak di China sangatlah
beragam. Ada arak kuning yang disebut Huang Jiu, yang terbuat dari bijibijian
yang diragikan dan tidak disuling. Arak ini sering dipakai untuk memasak. Warna
Huang Jiu beraneka ragam, mulai dari kuning terang sampai yang kemerahan. Ang
Ciu (arak merah) yang sering dipakai untuk memasak Chinese food di negara kita
termasuk dalam kategori ini. Beberapa jenis arak kuning yang terkenal,
misalnya: Nu Er Hong, Zhuangyuan Hong, arak beras Shaoxing dan Huadiao Jiu.
Ada juga arak putih atau Bai
Jiu. Berbeda dengan Huang Jiu, kadar
alkohol dalam Bai Jiu amatlah tinggi. Contoh arak putih yang terkenal,
misalnya: Mao Tai, Yanghe Da Qu dan Fen Jiu.
Kemudian dikenal nama arak anggur. Banyak yang beranggapan bahwa tehnologi
membuat arak dari buah-buahanan (anggur) masuk ke China pada dinasti Han
(melalui jalan sutra.) Namun berdarkan penelitian arkeolog, sisa-sisa arak yang
terbuat dari buah ternyata sudah ditemukan dalam tempayan yg berusia 4000-5000
tahun di China.
Selain sebagai jamuan pesta
dan bumbu masak, arak juga digunakan sebagai obat. Arak jenis Wu Jia Pi (Acanthopanax Bark); dipakai untuk
mengobati rematik, penyakit persendian dan penyakit lambung. Kemudian Dang Gui
(Angleica Sinesis); berguna untuk melancarkan peredaran darah. Arak lainnya
seperti ; Tu Su, yang dibuat dari 7
macam ramuan berkhasiat pengobatan dan biasa disajikan pada tahun baru Imlek.
Wuxiang Jiu (Ngo Hiang Ciu) dan Dieda Jiu, yang bisa mengobati luka. Arak
tersebut cukup populer dikalangan
praktisi kungfu.
Arak jenis obat ini biasanya
diminum saat festival tahunan. Pada Tahun baru Imlek arak Tu Su, yang dipopulerkan
oleh tabib Sun Simiao. Adapun nama ”Tu Su”, konon diambil dari rumah tabib Sun
yang beratapkan ilalang. (Tu Su berarti atap ilalang). Kemudian Festival perahu
naga (Peh Cun) Xionghuang Jiu (Hiong
Hong Ciu) berfungsi sebagai penangkal racun, antiseptik dan penolak bala.
Kemudian pada perayaan kue
bulan (tanggal 15 bulan 8) Guihua Jiu (osmanthus wine) yang dikonsumsi bersama kue
bulan. Rasanya yang manis melambangkan kebahagiaan dan perjumpaan kembali. Arak
juga dikonsumsi pada Festival Chong Yang (9 ganda) arak bunga krisan. Pada
tanggal 9 bulan 9, masyarakat China jaman dulu biasanya akan naik ke gunung
sambil membawa daun Zhuyu (dogwood) dan arak krisan. Berdasarakan cerita
rakyat, kebiasaan ini muncul atas anjuran seorang Taois bernama Fei Changfang.
Meminum arak krisan diyakini bisa menjernihkan panca indera mengobati penyakit kepala.
Arak Tuban
Bagi beberapa warga di Tuban,
minuman arak dan tuak yang dikonsumsi dalam ukuran tertentu dipercaya mampu
meluruhkan kandungan kapur dalam tubuh. Masyarakat di Tuban sendiri pun juga
sudah mengenal arak selama bertahun-tahun.
Arak Tuban sendiri diproduksi
di Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban secara turun
temurun dari para sesepuhnya. Mereka mendapatkan resep cara untuk memproduksi
Arak itu dari orang tua mereka yang saat ini sudah meninggal dunia.
"Sudah sejak dulu
pembuatan Arak ini dilakukan oleh warga disini, bahkan saya sebelum lahir
itupun sudah ada. Menurut cerita dari orang tua ini sudah ada sejak jaman masih
kerajaan," terang WS (57), salah satu warga Desa Prunggahan Kulon,
Kecamatan Semanding, Tuban yang tak mau disebutkan namanya.
Menurutnya, pada sekitar 15
tahun yang lalu warga masyarakat Desa Prunggahan Kulon tersebut melakukan
pembuatan Arak dengan skala kecil dengan peralatan yang minim dan sederhana.
Namun seiring perkembangan jaman dan banyaknya permintaan serta memiliki nilai
ekonomi yang tinggi banyak warga yang melakukan produski dengan jumlah yang
besar.
"Kalau dulu itu paling
yang membuat Arak itu hanya ibu-ibu rumah tangga. Biasanya itupun hanya di jual
kepada orang sekitar Tuban saja tidak sampai ke luar Tuban," lanjut ibu
rumah tangga itu yang juga pernah menjadi pembuat Arak itu.
Menurut cerita dari sejumlah
warga yang ada di wilayah Tuban menyebutkan bahwa pada jaman dulu sebenarnya
minuman Arak tersebut di produksi untuk jamuan saat warga sedang menggelar
acara hajatan. Arak sebagai suguhan penghormatan bagi para tamu yang hadir
dalam suatu acara hajatan seperti pernikahan dan lain sebagainya dan bukan
bertujuan untuk mabuk-mabukan.
"Kalau dulu waktu saya
masih muda itu Arak biasanya untuk acara saat ada nikahan atau ada Tayuban.
Jadi tamu yang datang diberikan minuman itu," terang Sakimo (72), salah
satu warga Kecamatan Semanding, Tuban yang dulu biasa mengkunsumsi Arak
tersebut.
Namun untuk sekarang ini
minuman arak bukan lagi sekedar menjadi tradisi, melainkan sudah disalahgunakan.
Arak juga dijadikan sebagai bahan dasar minuman oplosan hingga mengakibatkan
banyak korban jiwa.
"Biasanya di
warung-warung daerah sini itu Arak banyak dioplos yang dinamakan Es Moni yang
dicampur dengan minunan suplemen. Tapi terkadang ada yang dicampur dengan Kopi
atau istilahnya Kopi tubruk, kalau di Tuban sini tidak sampai ada yang
meninggal, paling mabuk saja," jelas Lukman (25), salah satu pemuda yang
tinggal di wilayah Kota Tuban.
Di kalangan warga masyarakat
Tuban sekarang ini, minuman keras jenis Arak tersebut yang merupakan hasil
penyulingan tersebut sudah jarang diminati bagi warga dan kalangan pemuda di
Tuban ini. Para warga masyarakat Tuban lebih memilih minuman Tuak yang
merupakan hasil getah dari pohon siwalayan, karena dinilai lebih sehat.
"Kalau Arak itu rasanya
di dalam tubuh itu panas, jadi bisa merusak badan. Makanya sekarang ini banyak
yang memilih minum Tuak dari pada Arak, karena lebih sehat dan alami," aku
Untung (41), salah satu pecinta menimuman Tuak khas Tuban itu.
Sumber :
-Fu Chunjiang. Origins of
Chinese Tea and Wine. Asiapacs Book. Terejamahan Indonesia oleh Pt. Elex Media
Pustaka.
-Fu Chunjiang. Origins of
Chinese Food Culture. Asiapacs Book. Terejamahan Indonesia oleh Pt. Elex Media
Pustaka.
-http://www.chinayak.com/ChinaOverview/Chinese-Food/Chinese-Table-Manners.html
-Li Zhengping. Chinese Wine.
Cambridge University Press.
-http://en.wikipedia.org/wiki/Rice_wine
-http://en.wikipedia.org/wiki/Huangjiu
-http://en.wikipedia.org/wiki/Baijiu
-http://en.wikipedia.org/wiki/Customs_and_etiquette_in_Chinese_dining#Seating
-http://en.wikipedia.org/wiki/Deer_penis
-http://www.chinatravel.com/facts/chinese-table-manners.htm
- www. beritajatim.com, Warga:
Arak Tuban Itu Tradisi Turun Temurun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar