Oleh
: Doddy “Mr D” Hernanto
Musisi,
guru Matematika di Surabaya
Sudah
tiga tahun lamanya, saya menjalani sebagai seorang vegetarian. Saya juga tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol !
Di
sebuah cafe kopi, di salah satu pusat berbelanjaan di kota Surabaya, seorang
rekan saya mencoba memberikan dukungan kepada saya. “Hidup sehat itu jangan
sampai sekedar wacana. Bicara kesehatan, tetapi masih ada timbunan lemak di
bagian samping perut. Percuma kan ? , “ katanya.
Saya
terdiam bercampur lega. Sebab pertama kalinya, seorang rekan memberikan
komentar positif.
Sambil
menguyah sayuran dan buah, kami mulai sedikit bercerita mengenai minuman
beralkohol dan oplosan, yang menjadi tema hangat di beberapa media massa, juga
media sosial.
Memang,
dalam belakangan terakhir, beberapa teman musisi dan seniman menceritakan jika
minuman bir tidak lagi dijual di minimarket. Kata pelayan toko, sesuai aturan
bir hanya dijual di supermarket dan hipermarket.
Awalnya, saya cuek mendengar keluhan rekan seniman dan musisi di Jakarta dan Surabaya terkait bir. Dijual atau tidak bir dan rokok di toko kecil sekalipun tidak mempengaruhi hidup saya. Saya lebih tertarik dengan belanja seperangkat tehnologi untuk kepentingan bermusik saya, juga mengajarkan tehnik bermain gitar satu jari kepada siswa saya.
Namun
perbincangan di sebuah cafe di Surabaya membuka mata saya tentang fakta-fakta
dari dampak adanya larangan menjual bir di minimarket. Saya juga enggan terlarut
dalam dukung-mendukung statment Gubenur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja
Purnama dengan Ketua Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) sekaligus Wakil Ketua
Komite III DPD, Fahira Idris mengenai penjualaan bir.
Kita
semua tahu, bahwa minuman beralkohol sangatlah dekat dengan mata sehari-hari.
Sama halnya dengan orang merokok. Pelarangan penjualan bir di minimarket justru
memicu semakin banyaknya korban jiwa akibat oplosan atau minuman illegal lainnya.
Ini justru lebih berbahaya mengingat tidak semua daerah di Indonesia terdapat
jaringan hipermarket dan supermarket.
Agar
generasi muda hidup sehat maka perlu adanya edukasi. Sebagai guru matematika di
salah satu sekolah swasta di Surabaya, saya melihat bahwa saat ini ada
kemunduran dalam hidup sehat. Jika dahulu setiap Jumat pagi ada senam kesegaran
jasmani, sekarang sudah jarang dilakukan. Padahal dengan berolahraga, kesehatan
mudah terkontrol.
Jadi
alangkah lebih baik jika pendidikan kesehatan diberikan kepada generasi muda. Tanpa
adanya pengetahuan, maka produk minuman beralkohol pun dicampur dengan bahan
berbahaya yang juga mudah didapatkan di mana pun tempatnya.
Sehingga
yang perlu diatur saat ini sebenarnya bukan produk minuman beralkohol seperti
bir, melainkan aturan khusus orang yang menyalahgunakan produk minuman
beralkohol yang membuat mabuk.
Saya
setuju dengan kata rekan saya “Hidup sehat itu jangan sampai sekedar wacana...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar