Hingga saat ini minuman beralkohol tradisional arak Jawa (Arjo) masih dianggap “musuh”. Setiap jelang pergantian tahun, polisi di berbagai daerah di Indonesia selalu menggelar “ritual” pemusnahan arak dan jenis minuman beralkohol tradisional lainnya. Namun siapa sangka ternyata, arak buatan Indonesia sempat menjadi lagenda di Asia hingga kepulauan Karibia mengalahkan rum dan scotch.
Namanya Batavia Arrack. Merek itu sempat diulas koran The New York Times edisi minggu. Judulnya "Out of the Blue : Batavia Arrack Comes Back".
Paul Clarke menuliskan,
Batavia Arrack bikinan awal abad 17 di sebuah pulau di Jawa terbuat dari air
tebu dan fermentasi beras merah. Arak itu dianggap punya citarasa berbeda
dibandingkan rum Haiti dan Scotch.
Arak itu dibuat di Batavia. Selanjutnya dikirim ke Belanda untuk dilakukan proses blending. Bahan dasar yang sudah di-blend itu lalu dicampur lagi dengan beberapa jenis bahan racikan lainnya. Kemudian dikirim ke Austria untuk disemat label, sebelum akhirnya didistribusikan ke berbagai penjuru dunia.
Dalam sebuah tulisan,
"Peran Etnis Cina dalam Pengembangan Iptek" tertulis bahwa sudah
sejak abad 17 warga Tionghoa di Batavia mengembangkan berbagai budidaya seperti
tebu dan padi. Dari dua komoditi itu dibuatlah arak yang terdiri dari beras
yang difermentasi, tetes tebu dan nira. Mereka telah mengembangkan penyulingan
arak sejak awal abad 17.
"Bangsa kita harus
minum atau mati," tulis Coen pada 1619. Tidaklah heran bahwa penyulingan
arak disebut industri utama di Batavia. Arak Batavia pun dikenal di seluruh
penjuru Asia.
Sementara itu, Kapten
James Cook terpesona dengan keampuhan arak Batavia yang membuat seorang awaknya
tak pernah jatuh sakit. Padahal usia awak kapal tadi sudah di atas 70 tahun dan
kerjanya hanya mabuk arak Batavia.
Minuman ini diproduksi sejak akhir abad 17 hingga abad 19. Merupakan minuman yang digemari di Eropa, khususnya Swedia. Minuman ini juga biasa disebut sebagai Batavia Arrack van Oosten.
Kisah perjalanan arak Batavia hingga ke Swedia bisa jadi dimulai ketika Kapal Gotheborg mampir ke Batavia pada 1743. Awak kapal harus memenuhi kebutuhan kapal dan awaknya seperti arak, kayu bakar, kebutuhan untuk mengisi perut, serta mesiu cadangan untuk keamanan. Rupanya mereka menyukai cita rasa arak bikinan Batavia – Batavia Arrack van Oosten yang mengandung alkohol 50 persen.
Penjelajah Portugis yang terkenal, Marco Polo, saat datang ke Indonesia sempat bernegosiasi dengan masyarakat Batavia. Ia juga mencicipi arak Jawa yang disuguhkan masyarakat lokal.
Arak dan beberapa akar
tebu menjadi barang bawaan mereka sebelum akhirnya mendarat di Kepulauan
Karibia. Hasil bawaan bangsa Portugis itu akhirnya ditanam juga di daratan
Karibia. Iklim tropis kepulauan tersebut ternyata sangat cocok dengan tanaman
itu.
Di masa itu, bangsa Eropa sudah berdomisili di Kepulauan Karibia. Dengan kecanggihan teknologi mesin distilasi modern yang dimiliki orang-orang Eropa, maka tercipta minuman yang lalu dikenal dengan sebutan “rum”.
Di masa itu, bangsa Eropa sudah berdomisili di Kepulauan Karibia. Dengan kecanggihan teknologi mesin distilasi modern yang dimiliki orang-orang Eropa, maka tercipta minuman yang lalu dikenal dengan sebutan “rum”.
Salah satu produsen arak Bali asal desa
Desa Tri Eka Bhuana, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem Bali, Wayan Lemes
mengatakan arak sendiri merupakan minuman beralkohol yang sudah dikenal dari
zaman nenek moyang di Bali. Selain untuk kesehatan, arak juga digunakan untuk
religi dan upacara adat metuakan.
“Saat ini banyak yang disalahgunakan hingga
menyebabkan kasus korban meninggal dunia.
Menurut saya bukan salah minuman beralkohol akan tetapi banyak orang
mengalami tekanan akibat kondisi ekonomi dan sosial di daerah hingga mereka
ingin melepaskan tekanan itu dengan meminum oplosan, “ katanya.
Wayan sendiri ingin agar arak Bali
dikenal hingga luar negeri. Sayangnya, ia mengaku susah mengurus ijin
perdagangan arak karena minimnya permodalan.
“Kini ratusan petani kelapa terancam dengan
berbagai regulasi pelarangan penjualan minuman beralkohol di beberapa daerah,
termasuk Rancangan Undang-Undang (RUU) Pelarangan Minuman Beralkohol, “
katanya.
(*Hadi Suprapto, Dody Handoko, viva.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar