Cari

Selasa, 29 September 2015

Zat Adiktif dan Persoalan Moral

Oleh : INDRA HARSAPUTRA

Miras dan kandungan zat adiktif. Itu salah satu paparan salah satu narasumber dalam sebuah debat di salah satu televisi swasta di Indonesia semalam, 21 September 2015. Apakah zat yang membuat kecanduan itu berbahaya bagi moral bangsa ?

Saya mencoba bercerita. Saya awali di tempat gym. Tempat saya mengolah tubuh. Mencoba hidup “Cover both side”.

Susu protein macam whey atau jenis mass grainer biasanya menjadi bekal bagi siapa saja yang serius dalam pembentukan otot. Selain produk itu, banyak diatara olahragawan membawa bekal bubuk kopi untuk menambah stamina dan menaikkan mood saat berlatih.

Dalam kadar tertentu, kafein dalam kopi dapat meningkatkan daya tahan dan mengurangi keletihan pada saat latihan. Konon beberapa atlet American Football mengaku mengonsumsi kopi 2-3 cangkir perhari agar kondisi tubuh saat latihan dan pertandingan benar-benar bersemangat.

Bukankah kopi juga termasuk zat adiktif ?

The Australian Institute of Sport menemukan bahwa kafein dapat merangsang otot menggunakan lemak sebagai bahan bakar daripada menggunakan karbohidrat. Kafein juga banyak digunakan para atlet olahraga daya tahan seperti marathon, untuk mendapatkan energi ekstra saat pertandingan.

Studi lain yang dilakukan di University of Pittsburg juga menemukan hasil serupa, bahwa kafein memiliki kemampuan untuk melepaskan lemak dari jaringan adiposa sehingga lemak bisa lebih mudah dibakar.

Saat kafein masuk ke dalam tubuh, ia akan mengikat reseptor yang terdapat pada sel-sel lemak. Nucleotide adenosine adalah reseptor yang terdapat pada sel-sel lemak yang pada saat tertentu menghalangi pelepasan lemak pada jaringan adiposa.

Dengan keberadaan kafein maka kemampuan nucleotide adenosine menghalangi pelepasan lemak dari jaringan adiposa akan menurun, sehingga proses pelepasan lemak dari jaringan adiposa dapat berjalan maksimal. Inilah sebabnya mengonsumsi kafein sebelum latihan sangat efektif untuk membantu proses pembakaran lemak.

Sebuah tinjauan yang baru-baru ini diterbitkan oleh International Coffee Organization menyatakan bahwa kafein pada secangkir kopi (150 gram kafein) mungkin dapat mengurangi kelelahan serta meningkatkan kinerja latihan, termasuk latihan ketahanan dan intensitas tinggi.


Masih soal zat adiktif. Bagaimana dengan minuman beralkohol ?

Dalam ukuran tertentu, banyak olahragawan juga mengkonsumsi bir secara moderat. Bir dipercaya mempercepat proses recovery setelah lari (cardio). Bir memiliki kandungan karbohidrat yang sama dengan susu coklat yang juga bisa mempercepat proses recovery. 

Bir ternyata memiliki sejumlah antioksidan alami dan vitamin yang dapat membantu mencegah penyakit jantung dan bahkan membangun kembali otot. Dalam penelitian terbaru yang dikutip dari Fox News, para ilmuwan telah menemukan bahwa bir memiliki beberapa manfaat kesehatan mengejutkan yang dapat membantu menurunkan kolesterol, melawan kanker, dan bahkan membunuh virus.

Bir mengandung 93 persen air, dan menurut sebuah penelitian di Spanyol, itu benar-benar mampu memberikan hidrasi yang lebih baik daripada hanya H2O, ketika seseorang berkeringat di bawah sinar matahari.


Apa yang saya ceritakan diatas memang tidak bisa dijadikan generalisasi dari permasalahan akibat minuman beralkohol di Indonesia. Sudah banyak dari generasi muda yang meninggal karena oplosan karena tidak mampu membeli bir yang harganya lebih mahal dibandingkan oplolosan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar