Cari

Minggu, 29 Maret 2015

Arak : Dari Jamuan Pesta Leluhur, Pengobatan hingga akhirnya Disalahgunakan

Sosiolog asal Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto berpendapat bahwa minuman beralkohol tidak lepas dari budaya. Tidak hanya di Indonesia, bagi masyarakat China, arak (jiu) juga tak terpisahkan dari budaya Tionghoa. Selain menjadi hidangan saat pesta dan perjamuan, arak digunakan sebagai bumbu masakan juga obat-obatan seperti obat rematik, pelancar darah dan penyakit lainnya. Namun arak kini berubah image setelah banyaknya korban jiwa akibat penyalahgunaan arak menjadi oplosan.  

Arak sendiri dikenal sejak zaman dinasti Xia. Menurut legenda, Yi Di yang permaisuri Raja Yu, penguasa pertama dinasti Xia yg terkenal arif dan bijaksana menemukan minuman beralkohol yang dibuatnya dari biji-bijiaan yg diragikan.

Ketika penemuan baru itu disajikan pada suaminya, raja Yu sama sekali tidak gembira. Dengan serius dia justru melarang istrinya untuk menyebarluaskan penemuannya itu. Alasannya karena minuman baru ini dianggap terlalu manis dan memabukkan. Pepatah kuno mengatakan ”Yi Di menghidangkan arak yang sangat manis, maka raja Yu mengasingkannya dari istana.”  Makna pepatah ini  adalah: agar seorang penguasa menjauhi para penjilat yang bermulut manis.

Yi Di pun menuruti perintah Raja dan tidak pernah mempublikasikan penemuannya, sehingga dikemudian hari Du Kang juga dikenal sebagai penemu arak.

Du Kang ialah seorang penggembala miskin. Ada yang bilang, Du Kang  hidup di jamannya Huang Di, pada dinasti Zhou, jaman Samkok  dan dinasti Jin. Versi lain, Du Kang merupakan Shao Kang, salah satu raja dinasti Xia yang dipercaya juga menemukan arak.

Setiap hari, saat menggembalakan ternaknya, Du Kang selalu  membungkus bekal nasinya dalam tabung bambu dan menyimpannya dalam lubang pohon.  Suatu hari Du Kang lupa membawa pulang bekal nasinya yang disimpan dalam pohon. Saat itu, hujan turun berhari-hari yang membuatnya  mengurungkan niatnya keluar rumah. Ketika hujan reda, Du Kang pergi kelubang pohon untuk mengambil makananaya. Namun ia mendapatkan seonggok nasi yang sudah basi dan meragi.

Dari proses peragian alami itulah akhirnya Du Kang mencoba membuat arak dan membuka toko arak. Sejak itu mantan gembala miskin inipun menjadi orang kaya baru didesanya. Du Kang pun dikenal sebagai dewa pelindung pedagang arak.

Arak di China sangatlah beragam. Ada arak kuning yang disebut Huang Jiu, yang terbuat dari bijibijian yang diragikan dan tidak disuling. Arak ini sering dipakai untuk memasak. Warna Huang Jiu beraneka ragam, mulai dari kuning terang sampai yang kemerahan. Ang Ciu (arak merah) yang sering dipakai untuk memasak Chinese food di negara kita termasuk dalam kategori ini. Beberapa jenis arak kuning yang terkenal, misalnya: Nu Er Hong, Zhuangyuan Hong, arak beras Shaoxing dan Huadiao Jiu.  

Ada juga arak putih atau Bai Jiu.  Berbeda dengan Huang Jiu, kadar alkohol dalam Bai Jiu amatlah tinggi. Contoh arak putih yang terkenal, misalnya: Mao Tai, Yanghe Da Qu dan Fen Jiu.  Kemudian dikenal nama arak anggur. Banyak yang beranggapan bahwa tehnologi membuat arak dari buah-buahanan (anggur) masuk ke China pada dinasti Han (melalui jalan sutra.) Namun berdarkan penelitian arkeolog, sisa-sisa arak yang terbuat dari buah ternyata sudah ditemukan dalam tempayan yg berusia 4000-5000 tahun di China.

Selain sebagai jamuan pesta dan bumbu masak, arak juga digunakan sebagai obat. Arak jenis  Wu Jia Pi (Acanthopanax Bark); dipakai untuk mengobati rematik, penyakit persendian dan penyakit lambung. Kemudian Dang Gui (Angleica Sinesis); berguna untuk melancarkan peredaran darah. Arak lainnya seperti ; Tu Su, yang  dibuat dari 7 macam ramuan berkhasiat pengobatan dan biasa disajikan pada tahun baru Imlek. Wuxiang Jiu (Ngo Hiang Ciu) dan Dieda Jiu, yang bisa mengobati luka. Arak tersebut  cukup populer dikalangan praktisi kungfu.

Arak jenis obat ini biasanya diminum saat festival tahunan. Pada Tahun baru Imlek arak Tu Su, yang dipopulerkan oleh tabib Sun Simiao. Adapun nama ”Tu Su”, konon diambil dari rumah tabib Sun yang beratapkan ilalang. (Tu Su berarti atap ilalang). Kemudian Festival perahu naga (Peh Cun) Xionghuang Jiu  (Hiong Hong Ciu) berfungsi sebagai penangkal racun, antiseptik dan penolak bala.

Kemudian pada perayaan kue bulan (tanggal 15 bulan 8) Guihua Jiu (osmanthus wine) yang dikonsumsi bersama kue bulan. Rasanya yang manis melambangkan kebahagiaan dan perjumpaan kembali. Arak juga dikonsumsi pada Festival Chong Yang (9 ganda) arak bunga krisan. Pada tanggal 9 bulan 9, masyarakat China jaman dulu biasanya akan naik ke gunung sambil membawa daun Zhuyu (dogwood) dan arak krisan. Berdasarakan cerita rakyat, kebiasaan ini muncul atas anjuran seorang Taois bernama Fei Changfang. Meminum arak krisan diyakini bisa menjernihkan panca indera  mengobati penyakit kepala.

Arak Tuban
Bagi beberapa warga di Tuban, minuman arak dan tuak yang dikonsumsi dalam ukuran tertentu dipercaya mampu meluruhkan kandungan kapur dalam tubuh. Masyarakat di Tuban sendiri pun juga sudah mengenal arak selama bertahun-tahun.  

Arak Tuban sendiri diproduksi di Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban secara turun temurun dari para sesepuhnya. Mereka mendapatkan resep cara untuk memproduksi Arak itu dari orang tua mereka yang saat ini sudah meninggal dunia.

"Sudah sejak dulu pembuatan Arak ini dilakukan oleh warga disini, bahkan saya sebelum lahir itupun sudah ada. Menurut cerita dari orang tua ini sudah ada sejak jaman masih kerajaan," terang WS (57), salah satu warga Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Tuban yang tak mau disebutkan namanya.

Menurutnya, pada sekitar 15 tahun yang lalu warga masyarakat Desa Prunggahan Kulon tersebut melakukan pembuatan Arak dengan skala kecil dengan peralatan yang minim dan sederhana. Namun seiring perkembangan jaman dan banyaknya permintaan serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi banyak warga yang melakukan produski dengan jumlah yang besar.

"Kalau dulu itu paling yang membuat Arak itu hanya ibu-ibu rumah tangga. Biasanya itupun hanya di jual kepada orang sekitar Tuban saja tidak sampai ke luar Tuban," lanjut ibu rumah tangga itu yang juga pernah menjadi pembuat Arak itu.

Menurut cerita dari sejumlah warga yang ada di wilayah Tuban menyebutkan bahwa pada jaman dulu sebenarnya minuman Arak tersebut di produksi untuk jamuan saat warga sedang menggelar acara hajatan. Arak sebagai suguhan penghormatan bagi para tamu yang hadir dalam suatu acara hajatan seperti pernikahan dan lain sebagainya dan bukan bertujuan untuk mabuk-mabukan.

"Kalau dulu waktu saya masih muda itu Arak biasanya untuk acara saat ada nikahan atau ada Tayuban. Jadi tamu yang datang diberikan minuman itu," terang Sakimo (72), salah satu warga Kecamatan Semanding, Tuban yang dulu biasa mengkunsumsi Arak tersebut.

Namun untuk sekarang ini minuman arak bukan lagi sekedar menjadi tradisi, melainkan sudah disalahgunakan. Arak juga dijadikan sebagai bahan dasar minuman oplosan hingga mengakibatkan banyak korban jiwa.

"Biasanya di warung-warung daerah sini itu Arak banyak dioplos yang dinamakan Es Moni yang dicampur dengan minunan suplemen. Tapi terkadang ada yang dicampur dengan Kopi atau istilahnya Kopi tubruk, kalau di Tuban sini tidak sampai ada yang meninggal, paling mabuk saja," jelas Lukman (25), salah satu pemuda yang tinggal di wilayah Kota Tuban.

Di kalangan warga masyarakat Tuban sekarang ini, minuman keras jenis Arak tersebut yang merupakan hasil penyulingan tersebut sudah jarang diminati bagi warga dan kalangan pemuda di Tuban ini. Para warga masyarakat Tuban lebih memilih minuman Tuak yang merupakan hasil getah dari pohon siwalayan, karena dinilai lebih sehat.

"Kalau Arak itu rasanya di dalam tubuh itu panas, jadi bisa merusak badan. Makanya sekarang ini banyak yang memilih minum Tuak dari pada Arak, karena lebih sehat dan alami," aku Untung (41), salah satu pecinta menimuman Tuak khas Tuban itu.


Sumber :
-Fu Chunjiang. Origins of Chinese Tea and Wine. Asiapacs Book. Terejamahan Indonesia oleh Pt. Elex Media Pustaka.
-Fu Chunjiang. Origins of Chinese Food Culture. Asiapacs Book. Terejamahan Indonesia oleh Pt. Elex Media Pustaka.
-http://www.chinayak.com/ChinaOverview/Chinese-Food/Chinese-Table-Manners.html
-Li Zhengping. Chinese Wine. Cambridge University Press.
-http://en.wikipedia.org/wiki/Rice_wine
-http://en.wikipedia.org/wiki/Huangjiu
-http://en.wikipedia.org/wiki/Baijiu
-http://en.wikipedia.org/wiki/Customs_and_etiquette_in_Chinese_dining#Seating
-http://en.wikipedia.org/wiki/Deer_penis
-http://www.chinatravel.com/facts/chinese-table-manners.htm
- www. beritajatim.com, Warga: Arak Tuban Itu Tradisi Turun Temurun




Tidak ada komentar:

Posting Komentar